Maros Memikat Investor
Selembar sertifikat Adipura sudah diraih Kabupaten Maros. Buah kerja keras pemerintah dan rakyat. Bersama-sama.
Tak ada lagi kemacetan di depan Pasar Sentral Maros. Para pedagang sudah sadar, mereka tetap bisa berjualan tanpa harus membuat situasi ruwet. Jalan-jalan di kabupaten ini juga mulai bersih dari sampah.
Kebersihan memang menjadi salah satu fokus pasangan Hatta Rahman-Andi Harmil Mattotorang (Hatita). Hasilnya memang langsung terlihat. Sertifikat Adipura jadi bukti administrasi. Bukti nyata bisa dilihat langsung. Maros sudah bersih.
Setelah setahun, pasangan Hatita bangkit. Mencanangkan satu bulan satu program. Berbagai program diluncurkan. Baik pembangunan fisik maupun nonfisik.
Bisa dikatakan, setiap satu bulan selalu mewujudkan satu program. Pada bulan pertama, dicanangkan pembayaran gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS) tepat waktu. Pada bulan kedua meluncurkan program gerakan Jumat Bersih, lalu bulan ketiga ada program cinta buku gemar membaca dan pengaktifan kembali poskamling.
Hingga awal tahun,program terkini yang dicanangkan adalah membersihkan pasar dan merelokasi pedagang kaki lima serta membangun di wisata kuliner.
"Selanjutnya program 60 kilometer jalan, saat ini yang sudah terealisasi 40 kilometer dari jalan beton. Insya Allah hotmix bisa mencapai 30 kilometer. Kami juga telah menerangi jalan dengan memasang 300 titik lampu," papar Hatta.
Di bidang nonfisik, seperti dalam bidang keagamaan, mewajibkan PNS memiliki sertifikat baca tulis Alquran dan kewajiban berzakat. Kemudian, program Maros menuju kota cyber dengan membuat jaringan internet dalam kota dan seluruh SKPD. Dalam bidang pemerintahan, mengubah sistem organisasi pemerintahan, memperbaiki sistem jenjang karier PNS, penataan keuangan, dan persiapan menjadi pilot project e-audit BPK RI di Sulsel.
Pada akhirnya, beban utang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros sebesar Rp112 miliar, mulai bisa dikurangi.Pada Juli 2011, Pemkab Maros menyelesaikan beban utang Rp69 miliar dan tersisa kurang lebih Rp43 miliar.
"Insya Allah, kami usahakan penyelesaian sisanya akhir tahun ini atau 2012,” ujarnya. Soal investasi, cukup banyak investor melirik potensi Maros, meski mayoritas masih dalam studi kelayakan.
Investasi yang sudah pasti adalah pembangkit listrik di Kecamatan Mallawa, dengan nilai investasi Rp80 miliar. Proyek ini sudah memasuki proses perizinan. "Investasi memang butuh waktu lama sehingga masih menunggu, seperti pembangkit listrik di Bontoa, pabrik teh gelas di Bantimurung dengan nilai investasi Rp100 miliar, dan perusahaan Taiwan akan membuat pabrik peleburan nikel dengan investasi mencapai USD600 juta atau sekitar Rp5 triliun," paparnya.
Dia menargetkan pada 2013, pertumbuhan ekonomi Maros mencapai di atas 10 persen. Indikasi terlihat dari besarnya minat investor masuk ke Maros, seperti hadirnya Bank Syariah Mandiri, Bank Mega, kemudian Bank Panin serta Bank BCA, akan segera masuk ke Maros.
Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi Maros pada 2009 sebesar 6,3 persen, pada 2010 sebesar 7,03 persen, dan pada 2011 sebesar 7,65 persen.
Pada bidang pertanian, uji coba bibit padi jenis Bestari hasil penelitian Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) di Kecamatan Lau seluas 4 hektare dan berhasil mencapai 7,8 ton per hektare. Hasil ini lebih baik dibandingkan bibit sebelumnya yang hanya 5,6 ton per hektare.
Ini diharapkan akan meningkatkan produksi pertanian Kabupaten Maros dari 250.000 ton per tahun menjadi 350.000 per tahun. "Ini tentu akan meningkatkan pendapatan petani dan menambah peredaran uang di Maros hingga mencapai Rp1 triliun per tahun bila harga gabah Rp2.500 sampai Rp3.500 per kilogram," tandas Hatta. (*/rusli)