Orang Miskin Boleh Sekolah
Ini pesantren yang menampung santri dari kalangan keluarga duafa. Kurang mampu.
Pondok Pesantren Al Hikmah adalah pesantren kaum dhuafa yang memiliki santri (murid) 750 orang gratis biaya pendidikan. Pesantren itu berada di Desa Sumberejo, Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Pesantren ini berangkat dari situasi dan kondisi masyarakat Gunung Kidul yang tergolong wilayah miskin dan kemampuan masyarakat rendah untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah formal.
Ustad Khirzin yang melihat itu terpanggil melakukan perubahan. Pada tahun 1989, dia membangun Pondok Pesantren Al Hikmah dan dia langsung sebagai Ketua Yayasan.
Tujuannya, menampung anak-anak kaum dhuafa supaya bisa menikmati pendidikan agama dan pendidikan formal sekaligus.
"Spirit kami adalah menjadi benteng terakhir kaum duafa Indonesia. Kami menampung orang-orang yang miskin agar bisa masuk sekolah," kata Harun Al Rosyid, pengasuh pesantren Al Hikmah sekaligus anggota Dewan Pendidikan DIY.
Berkaca dari situasi pendidikan yang butuh biaya banyak saat ini, khususnya di Yogyakarta, membuat Harun dan para pendiri pesantren ini gelisah, bagamana dengan pendidikan untuk orang tidak mampu.
"Kalau yang miskin dan bodoh tidak bisa masuk sekolah formal, bagaimana bangsa jadi bangsa ini ke depannya? Makanya kami mendirikan Ponpes dan sekolah ini," ujar Harun merefleksikan pendidikan bangsa ini.
Pesantren di pelosok Kabupaten Gunung Kidul, 80 kilometer dari kota Yogyakarta ini, memiliki sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan.
"Di Pesantren ini gratis biayanya, mulai pendidikan pesantren hingga sekolah, SMP, MA dan SMK tidak menarik biaya apapun," ujarnya. "Biaya kamar/tempat tinggal gratis dan SPP juga gratis."
Dia menuturkan, di Al Hikmah ini tidak ada diskriminasi kepandaian, tidak ada diskriminasi usia, tidak ada diskriminasi kaya atau miskin, bahkan yang kayapun juga boleh masuk di sini.
"Kami tidak membatasi jumlah santri yang masuk ke sini. Bahkan saat ini ada lima santri yang berasal dari Papua, setelah Ramadan bertambah 25 orang lagi dari Papua," tuturnya.
Seiring berkembangnya waktu, santri yang datang dari luar daerah memang semakin banyak. "Yayasan kami saja namanya Al Hikmah Sumberejo (lingkup Ponpesnya Sumberejo), 40 persen santri berasal dari Gunungkidul dan 60 persen dari luar daerah, Jateng, Jatim, Jabar, Jakarta, NTT, Lampung, Jambi, Aceh, dan Sulsel," tuturnya.
Dengan pendidikan yang gratis, sekolah Pesantren Al Hikmah ini justru setiap tahunnya termasuk sekolah yang berprestasi. SMP Al Hikmah adalah sekolah berbasis pesantren satu-satunya di DIY. Sedangkan MA Al Hikmah adalah sekolah MA nomor satu (teladan) se-Gunung Kidul dan sekolah teladan no 5 di DIY pada tahun 2005.
"Mereka diajarkan beternak jamur, bengkel, ternak kambing, pertanian dan lainnya," katanya.
Sementara itu, karena tidak menarik biaya dari para santrinya, Ponpes itu menjalankan kehidupan pesantren tersebut secara mandiri, ditambah bantuan sekolah Al Hikmah dari pemerintah.
"Bantuan dari pemerintah dan masyarakat Islam. Kami juga punya usaha untuk milik Al Hikmah, usaha pembuat roti, bengkel mobil reli, persewaan mobil, peternakan kambing, percetakan, dan penerbitan," katanya. "Kami juga punya donatur tetap."
Selain itu, kata Harun, dalam sehari untuk kebutuhan makan para santri sebanyak 150 kilogram beras dan hanya 150 ribu rupiah untuk membeli sayur dalam sehari. "Dalam satu tahun operasional ponpes ada sekitar Rp 150 juta-an," katanya. (*/vn)
Posted by Target News
on 19.15.
Filed under
Pendidikan
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0